Rabu, 17 Desember 2014

Sosialisme Indonesia; Today





Peningkatan yang tajam dalam jumlah pengangguran ini, dan ketakutan mereka yang sementara bekerja akan kemungkinan dipecat, telah melemahkan kelas pekerja dan memberi kesempatan bagi kaum kapitalis untuk melancarkan serangan demi meningkatkan laba melalui penekanan terhadap upah riil dan pemotongan terhadap biaya biaya kesejahteraan social dan pelayanan masyarakat.
Gelombang konservatisme, perjuangan budaya hanya merupakan ekspresi phsykologis sebagai mekanisme defence dari serangan social-ekonomi kapitalisme.

Mayoritas besar dari kepemimpinan partai-partai massa yang mengaku dirinya sosialis telah takluk oleh serangan kapitalisme ini, dan pula telah menerima politik pengetatan ekonomi. Semua ini telah membingungkan kelas pekerja dan selama keseluruhan masa ini telah mempersulit massa pekerja membangun pertahanan mereka.
Ketaklukan kaum social demokrasi ini telah bergandengan tangan dengan dampak ideology dan politik dari krisis atas system demokrasi. Tentu massa sangatlah memahami bahwa kegagalan ini adalah satu kegagalan dari sebuah tujuan social yang radikal secara keseluruhan. Tapi pemahaman ini tidaklah bermakna sebuah penilaian negative terhadap perubahan-perubahan social yang kongkrit yang telah terjadi dan menguntungkan kaum tertindas. Hal ini juga tidaklah bermakna bahwa kaum pekerja akan percaya perjuangan jangka pendek akan perlahan-lahan membawa mereka pada perjuangan untuk menggulingkan system kapitalisme dan membangkitkan satu masyarakat tanpa kelas, tanpa penghisapan, penindasan, keridak-adilan atau kekerasan massa.
Ketiadaan keyakinan ini menyebabkan perjuangan jangka pendek menjadi terpecah-pecah dan tidak bersinambung, tanpa arah politik besar yang jelas.
Inisiatif politik kini berada ditangan kaum imperialis, kaum borjuasi dan agen-agen mereka.Tekanan perjuangan massa bukannya membawa pada inisiatif politik kearah sosialisme, tapi justru kearah pemulihan kapitalisme.
Rumusan ini hampir terdengar seperti kitab suci; hapuskan kelaparan, beri pakaian kepada mereka yang telanjang, beri penghidupan yang layak dan bermartabat kepada setiap orang, selamatkan rakyat dengan perawatan kesehatan, buka lebar kesempatan untuk menikmati kehidupan berbudaya termasuk pemberantasan buta huruf, sebarkan kebebasan demokratik dan hak asasi manusia keseluruh dunia dan hapuskan kekerasan dan penindasan dalam segala bentuknya.
Tak satupun dari tawaran ini bersifat dogmatic dan utopian. Sekalipun massa rakyat tidak akan siap untuk sebuah revolusi sosialis, mereka hanya akan menerima baik tujuan-tujuan ini jika disajikan dalam bentuk-bentuk yang kongkrit.


SHARE THIS

0 komentar: